Sabtu, 22 September 2012

Penelitian Uji Amilum pada Daun



       Tujuan
·         Mengetahui bahwa Fotosintesis menghasilkan amilum

2.      Dasar Teori
·         Menurut Julius Von Sachs, Fotosintesis menghasilkan amilum saat daun yang sebagian dibungkus kertas timah dan ditetesi dengan iodin bagian yang sebelumnya tertutup oleh kertas timah tetap pucat. Sedangkan yang tidak tertutup menjadi biru kehitaman. Warna biru kehitaman menandakan bahwa didaun tersebut mengandung amilum.

3.      Alat dan Bahan
Ø  Alat
·         Gunting
·         Pirex
·         Batang pengaduk
·         Gelas beker
·         Pinset
·         Kompor

Ø  Bahan
·         Daun pohon Glodogan, mangga, dolar, pucuk merah
·         Alkohol 70 %
·         Air
·         Yodium
·         Kertas Alumunium Foil
·         Double tipe






4.      Langkah Kerja
·         Pilihlah salah satu daun dari jenis pohon yang berbeda yang terkena sinar/cahaya matahari.
·         Mulailah membungkus daun dengan menggunakan kertas alumunium yang telah tersedia. (lalukan pembungkusan dipagi hari).
·         Bungkus daun tersebut dari pangkal daun yang mendekati ranting sampai ujung daun tersebut.
·         Tunggu perubahannya selama satu minggu lamanya.
·         Setelah 1 minggu , petik daun yang dibungkus oleh kertas alumunium
·         Rebus menggunakan air mendidih selama 2 menit untuk mematikan sel-selnya
·         Ambil satu persatu daun menggunakan pinset
·         Buka kertas alumuniumnya dan letakan daun di pirex
·         Rendam semua daun dalam alkohol selama 5 menit
·         Tiriskan daun di daram pirex
·         Lalu tetesi semua daun dengan larutan yodium dan tunggu selama 5 menit
·         Amati perubahannya


5.      Pertanyaan
a.       Mengapa daun harus dibungkus alumunium fiol?
b.      Apakah fungsi Alkohol
c.       Faktor-faktor apa yang mempengaruhi fotosintesis?
d.      Bagaimanakah warna daun setelah ditetesi Iodin?
e.       Tuliskan reaksi fotosintesis!
f.       Buatlah kesimpulan hasil dari percobaan kelompok!



6.      Hasil
a.       Daun harus dibungkus alumunium foil agar cahaya matahari tidak langsung menuju permukaan daun.
b.      Alkohol berfungsi sebagai pelarut klorofil sehingga daun tersebut menjadi pucat.
c.       Faktor yang mempengaruhi fotosintesis yaitu Cahaya , Konsentrasi karbondioksida , Suhu , Oksigen , Air , Kandungan klorofil.
d.      Lihat perubahan warna daun pada tabel pengamatan berikut:
Tabel Pengamatan


No
Nama Tanaman
Perubahan Warna
Sebelum ditetesi yodium
Sesudah ditetesi yodium
1
Glodogan
Hijau Kekuningan
Hijau Kekuningan
2
Mangga
Hijau Lumut
Muncul Bintik-Bintik Hitam
3
Dolar
Hijau Lumut
Muncul Bintik-Bintik Biru Kehitaman
4
Pucuk merah
Coklat
Muncul Bintik-Bintik Hitam

Kesimpulan :Setelah melakukan percobaan , daun yang mengalami fotosintesis akan mengalami perubahan warna saat ditetesi yodium, sedangkan daun yang ditutupi oleh alumunium foil tidak mengalami fotosintesis sehingga tidak mengalami perubahan warna yang signifikan.


Minggu, 08 April 2012

CONTOH KARYA ILMIAH - Wabah Tomcat


Kata Pengantar

       Dengan mengucap puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan dan menyusun hasil laporan penelitian tentang wabah TOMCAT.
       Penulis pula mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak – pihak yang telah membantu menyelesaikan hasil laporan penelitian tentang wabah TOMCAT. ini, diantaranya :
1.      Guru pembimbing mata pelajaran Bahasa Indonesia, Drs. Rukadi yang telah membantu membimbing dan menjelaskan proses penyelesaian dan penyusunan laporan penelitian.
2.      Orang tua, yang telah memberi bantuan moril dan materil dalam penyelesaian laporan penelitian.
3.      Berbagai pihak – pihak yang telah memberi dukungan pada penulis.
       Dengan disusunnya laporan ini penulis berharap agar para pelajar bisa mewaspadai wabah Tomcat yang sedang marak terjadi.
       Mohon keritikan dan saran pada pembaca dalam perbaikan laporan penelitian tentang wabah tomcat ini. Karena kesempurnaan dan yang benar hanyalah milik Allah SWT.




DAFTAR ISI

1.      Kata Pengantar.............................................................................. i
2.      Daftar Isi...................................................................................... ii
3.      BAB I Pendahuluan....................................................................... 1
·         Latar Belakang Masalah........................................................... 1
·         Rumusan Masalah................................................................... 2
·         Tujuan................................................................................... 3
·         Manfaat................................................................................. 4
·         Metode dan Teknis................................................................. 4
4.      BAB II Isi.................................................................................... 5
5.      BAB III Penutup.......................................................................... 6
·         Kesimpulan............................................................................ 7
·         Saran..................................................................................... 7



 

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
       Di dalam suatu lingkungan dibutuhkan keseimbangan antara ekosistem bagi hewan , tumbuhan , dan manusia. Pembangunan yang disertai dengan tetap menyediakan lahan kosong bagi kelangsungan ekosistem hewan dan tumbuhan, misalnya sawah , kebun , hutan , dan lain sebagainya.
       Namun sekarang ini pembangunan yang dilakukan tidak disertai dengan penyediaan lahan kosong sehingga mengakibatkan terganggunya atau ketidakseimbangan antara ekosistem hewan , tumbuhan , dan manusia. Ekosistem yang paling terganggu adalah ekosistem hewan dan tumbuhan , salah satu akibatnya pada akhir –akhir ini banyak beredar wabah suatu hewan sejenis serangga yang dinamai Tomcat, yang menyerang wilayah pemukiman masyarakat di Indonesia.









B.     Rumusan Masalah
1.      Mengapa disebut Tomcat?
2.      Tomcat itu dari jenis apa?
3.      Darimana asalnya Tomcat?
4.      Mengapa Tomcat menyerang pemukiman penduduk?
5.      Bagaimana cara terbaik membasmi Tomcat?
6.      Jika ada wabah Tomcat bagaimana mengatasinya?
7.      Ada cara agar serangan serangga ini tak meluas?
8.      Bagaimana mengembalikan hewan ini ke habitatnya?













 

C.     Tujuan observasi

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitan ini adalah :
1.      Ingin mengetahui sejauh mana bahaya tomcat dimasyarakat.
2.      Ingin mengetahui dampak dari serangan tomcat.
3.      Ingin mengetahui upaya masyarakat dan pemerintah dalam mencegah penyebaran tomcat yang lebih luas.
4.      Ingin mengetahui racun yang terkandung dalam tomcat
5.      Ingin mengetahui cara tomcat berkembang biak dan mempertahankan hidup
6.      Ingin mengetahui cara mengobati luka akibat gigitan tomcat.
 



D.    Manfaat

1.      Dapat mengetahui wabah Tomcat sehingga dapat menghindarinya.
2.      Dapat menghindari secara langsung serangan Tomcat.
3.      Dapat menambah wawasan dengan mengetahui dampak yang diakibatkan dari serangan dan wabah oleh Tomcat.
4.      Dapat membantu pencegahan dan pemberantasan Tomcat dengan berbagai solusi yang telah dipikirkan.



E.     Metode dan Teknis

Pada penulisan karya tulis ini kami menggunakan satu metode yaitu dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber.





BAB II
ISI
       Serangan serangga Tomcat membuat gelisah warga. Awalnya, serangga mirip semut tapi berperut panjang dengan kombinasi warna merah, hitam dan oranye ini menyerang daerah-daerah. Sejumlah warga mendadak kulitnya gatal dan perih. Lalu melepuh. Ahli hama dari Institut Pertanian Bogor, Prof. Dr. Aunu Rauf, M.Sc pun ikut sibuk. Soalnya, dia rajin ditanya media massa perihal serangan masif serangga ini. “Tomcat tak mematikan, hanya cairan tubuhnya membuat kulit melepuh,” ujarnya. Lalu, mengapa Tomcat menyerang pemukiman manusia? Aunu, ahli entomologi pertanian yang meraih PhD di Universitas Wisconsin, Amerika Serikat pada 1983, menjelaskan ihwal serangga itu. Tomcat sebetulnya adalah sahabat para petani, karena dia predator bagi hama wereng.
       Tomcat yang menyerang di daerah adalah  sejenis kumbang dengan nama ilmiah Paederus fuscipes, yang termasuk Ordo Orthoptera dan Famili Staphylinidae. Dalam bahasa Inggrisnya disebut “rove beetle” atau kumbang penjelajah atau pengelana, karena selalu aktif berjalan-jalan. Masyarakat menyebutnya Tomcat, mungkin karena bentuknya sepintas seperti pesawat tempur Tomcat  F-14.  Tubuh kumbang ini ramping, dan pada saat berjalan bagian belakang tubuhnya melengkung ke atas. Kumbang berukuran panjang 7-10  mm dan lebar 0.5-1.0 mm. Kepalanya berwarna hitam, sayap berwarna biru kehitaman dan hanya menutupi bagian depan tubuh. Bagian toraks dan abdomen berwarna orange atau merah.  Warna orange atau merah ini diduga sebagai sinyal bagi musuh-musuhnya (misalnya laba-laba) bahwa kumbang  ini  beracun dan harus dihindari.
       Tomcat adalah jenis Kumbang Paederus fuscipes berkembang biak di dalam tanah di tempat-tempat yang lembab, seperti di galengan sawah, tepi sungai, daerah berawa dan hutan. Telurnya diletakkan di dalam tanah, begitu pula larva dan pupanya hidup dalam tanah.  Setelah dewasa (menjadi kumbang) barulah serangga ini  keluar dari dalam tanah dan hidup pada tajuk tanaman . Siklus hidup kumbang dari sejak telur diletakkan hingga menjadi kumbang dewasa sekitar 18 hari, dengan perincian stadium telur 4 hari, larva 9 hari, dan pupa 5 hari.  Kumbang dapat hidup hingga 3 bulan.  Seekor kumbang betina dapat meletakkan telur sebanyak 100 butir telur.
       Kumbang tomcat yang menyerang daerah-daerah di Indonesia itu merupakan binatang berasal dari Indonesia sendiri, kemudian tersebar ke daerah Asia Tenggara, yakni Thailand, Malaysia, China dan Jepang. Sempat dilaporkan karena menyerang siswa di sana.
     
        Sebenarnya binatang kumbang Tomcat ini salah satu penghuni asli, atau tinggal di persawahan, namun pada malam hari kumbang Paederus fuscipes iniaktif terbang dan tertarik pada cahaya lampu.  Ada beberapa kemungkinan yang bisa menjelaskan terjadinya ledakan (outbreak) kumbang Tomcat ini.Pertama, terjadi peningkatan populasi kumbang Tomcat menjelang berakhirnya musim hujan (sebelumnya masih dalam stadia larva dan pupa). Kedua, pada saat yang bersamaan tejadi kegiatan panen, sehingga kumbang Tomcat pada berterbangan dan bergerak menuju ke tempat datangnya sumber cahaya di pemukiman. Ketiga, pemukiman dibangun di wilayah tempat perkembangbiakan kumbang Tomcat, misalnya di dekat persawahan atau di pinggiran dekat hutan yang lembab atau tempat berawa.  Pada kondisi ini kumbang pada malam hari akan berdatangan ke perumahan karena tertarik cahaya lampu.
       Sebenarnya kumbang ini tidak berbahaya, karena tidak menggigit atau menyengat.  Tapi kumbang Tomcat kalau terganggu, atau secara tidak sengaja terpijit, akan mengeluarkan cairan yang bila kena kulit akan menyebabkan gejala memerah dan melepuh seperti terbakar (dermatitis). Oleh karena itu gejala ini populer disebut Paederus dermatitis. Gejala ini muncul akibat cairan tubuh kumbang tadi mengandung zat yang disebut pederin yang bersifat racun. Ada yang menyebutkan bahwa pederin ini 15 kali lebih beracun daripada bisa kobra. Belakangan ini diketahui bahwa produksi pederin dalam tubuh kumbang tergantung pada keberadaan bakteri Pseudomonas sp. yang bersimbiosis dalam tubuh kumbang betina. Pederin bersirkulasi dalam darah kumbang, sehingga dapat terbawa sampai ke keturunannya (telur, larva, pupa, dan kumbang).  Namun demikian, kumbang betina yang mengandung bakteri akan menghasilkan pederin lebih banyak dibandingkan kumbang yang dalam tubuhnya tidak ada bakteri simbion. Kumbang Paederus fuscipes tergolong serangga predator yang makan pada serangga lain. Kumbang ini banyak dijumpai di sawah, dan merupakan musuh alami dari hama-hama padi. Pada siang hari kumbang Tomcat aktif berjalan cepat menyusuri  rumpun padi untuk mencari mangsanya yang berupa hama-hama padi, termasuk hama wereng cokelat.  Jadi sebetulnya kumbang tomcat ini atau Paederus fuscipes adalah serangga yang bermanfaat bagi petani karena membantu mengendalikan hama-hama padi.
Kumbang tomcat juga bisa ditemukan di pertanaman kedelai, jagung, kapas, tebu dan sejenisnya
       Ada sejumlah cara menghindari atau menangani gangguan kumbang Tomcat ini. Pertama, karena kumbang ini tertarik cahaya lampu, mematikan lampu atau meredupkan lampu akan mengurangi berdatangannya kumbang ini ke rumah kita. Kedua, pintu dan jendela perlu ditutup rapat-rapat agar kumbang Tomcat tidak masuk ke rumah. Ketiga, hindari duduk atau ngobrol di bawah lampu yang di atasnya banyak didatangi kumbang Tomcat. Keempat, kalau ada kumbang Tomcat menempel pada tubuh atau pada pakaian kita, jangan sekali-kali memegangnya atau membunuhnya. Usir kumbang tadi secara hati-hati  dengan cara meniupnya atau mengusirnya dengan potongan kertas. Kelima, kalau secara tidak sengaja kumbang ini terpijit dan cairannya menempel pada kulit, segera bilas dengan air sabun beberapa kali.  Begitu pula bila cairan kumbang ini menempel pada baju atau seprei, agar segera dicuci. Keenam, umumnya gejala muncul 24 jam setelah kulit terkena cairan tubuh kumbang. Bila gejalanya parah segera pergi ke dokter untuk berobat. Hewan kumbang Tomcat ini sangat mudah membasminya, biar tidak mewabah kepada masyarakat lain. Antara lain, mematikan lampu pada siang hari, karena hewan Tomcat ini lebih suka pada cahaya lampu. Selain itu, jendela agar ditutup rapat biar hewan Tomcat ini tidak masuk ke rumah. Jika Tomcat menempel di tubuh, sebaiknya jangan di pukul. Di tiup saja biar racun yang ada di tubuhnya itu tak masuk ke tubuh kita. Dan jangan sekali-kali di garuk, tapi harus dibersihkan pakai sabun.
       Seperti yang sudah di jelaskan, hewan Tomcat yang tinggal di persawahan tidak menggigit dan menyengat. Tapi, kalau hewan ini merasa terganggu, maka dia akan mengeluarkan cairan mengandung racun. Untuk mencegah meluasnya serangga ini ya dengan cara jangan diganggu keberadaannnya. Apalagi, hewan ini sangat membantu petani. Tomcat termasuk predator yang memakan hama wereng.
       Salah satu langkah mengembalikan hewan ini ke habitatnya, dengan cara mematikan lampu pada malam hari. Hewan ini sangat suka pada cahaya lampu. Dengan lampu dimatikan, maka Tomcat akan kembali ke habitat. Meskipun kumbang ini berasal dari Indonesia, namun wabah kumbang Tomcat seperti di Indonesia, pernah pula dilaporkan terjadi di negara lain, seperti di Okinawa-Jepang (1966), Iran (2001), Sri Lanka (2002), Pulau Pinang- Malaysia (2004 dan 2007), India Selatan (2007), dan Iraq (2008).
 



BAB III
Kesimpulan dan Saran
A.    Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab II dapat disimpulkan bahwa:
a.       Sebagian besar dari kita telah mengetahui tentang wabah Tomcat secara pasti
b.       Masih ada sebagian dari kita yang belum mengetahui secara pasti dampak wabah Tomcat , walaupun sebagian ada yang mengetahui secara pasti.
c.       Pemerintah masih sangat kurang dan tidak tegas dalam mengatasi masalah wabah Tomcat, sehingga masih banyak kasus mengenai hal ini terjadi.
B.     Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keseluruhan makalah ini kami ingin memberikan beberapa saran sebagai berikut:
a.       Berikan penyuluhan lebih lanjut kepada masyarakat mengenai wabah Tomcat , pengertian, fungsinya, serta dampaknya apabila terjangkit wabah Tomcat.
b.       Pengawasan yang lebih ketat oleh pemerintah dan pengambilan tindakan tegas, seperti mengirimkan petugas kesehatan pemerintah ke daerah-daerah tertentu.
c.       Masyarakat harus lebih jeli dalam menjaga lingkungan rumah agar wabah tomcat tidak datang.
d.      Kesadaran dari masyarakat untuk membantu pemberantasan dan pencegahan wabah tomcat.